Kamis, 24 Mei 2012

KONTRASEPSI MANTAP WANITA /
 MEDIS OPERATIP WANITA ( MOW)


I. DEFINISI :
Ø  Kontrasepsi mantap adalah seiap kegiatan pada kedua saluran bibit wanita yang mengakibatkan pasanagn yang baersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi, atas permintaan suami dan istri yang bersangkutan.( Ilmu Bedah Kebidanan 2005 : 239 )
Ø  Kontrasepsi mantap atau sterilisasi  pada wanita adalah suatu kontrasepsi permanen     yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur denagn sel mani . ( Sinopsis Obstetri 1998 : 308 )
Ø  Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menybabkan wanita bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi .( Kapita Selekta Kedokteran 2001 : 369 )
Ø  Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi / kesuburan sweorang perempuan secara permanen (.Buku Panduan praktek Pelayanan kontrasepsi , 2003 :Mk 79 )
Ø  Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang / pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturanan lagi ( Ilmu Kebidanan 2005 : 924 )

II.  DASAR :
Ø  Oklusi tuba falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu .

   III. MEKANISME KERJA :
Ø  Dengan mengoklusi tuba falopii ( mengikat dan memotng atau memasang cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum )

IV. MANFAAT :
a.       Kontrasepsi  :
1.      Sangat efektif ( 0,2 – 4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan )
2.      Permanen .
3.      Tidak mempengaruhi proses menyusui ( brestfeeding )
4.      Tidak bergantung pada faktor senggama .
5.      Baik bagi klien apabila kehamiolan akan menjadi resiko kesehatan yang serius.
6.      Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal .
7.      Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
8.      Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual ( tidak efek npada produksi hoemon ovarium )

b.      Non kontrasepsi :
-          Berkurangnya resiko kanker ovarium .

V. KETERBATASAN :
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metoda kontrasepsi ini ( tidak dapat            dipulihkan kembali ) , kecuali dengan operasi rekanalisasi .
      b. Klien dapat menyesal dikemudian hari
      c. Resiko komplikasi kecil ( meningkat apabila digunakan anestesi umum )
      d. Rasa sakit / ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan .
      e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih ( dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter bedah untuk proses laparaskopi. )

VI. PROFIL :
a.       Sangat efektif dan permanen .
b.      Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana.
c.       Tidak ada efek samping.
d.      Konseling dan informed consent mutlak diperlukan.

VII. YANG DAPAT MENJALANI TUBEKTOMI :
a.       Perempuan pada usia > 26 tahun .
b.      Perempuan dengan paritas > 2.
c.       Perempuan yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai  demnag kehendaknya.
d.      Perempuan yang  pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius .
e.       Perempuan paska persalinan.
f.       Perempuan pasca keguguran .
g.      Perempuan yang paham dan secara sukarela setuju yang prosedur ini .

VIII. KEADAAN YANG MEMERLUKAN KEHATI- HATIAN :


NO
KEADAAN
ANJURAN
1.
Masalah – masalah medis yang yang sighnifikan ( misalnya penyakit jantung atau pembekuan darah , obesitas, diabetes )
Klien dengan masalah medis yang signifikan menghendaki penatalaksanakan lanbjutan dan bedah khusus , Misalnya prosedur ini harus dilakukan  di RS type A atau B atau fasilitas swasta dan bukan disebuah ambulatory facility. Bila memungkinkan masalah – masalah medis yang signifikan sebaiknya dikontrol sebelum proses pembedahan.
2
Anak tunggal dan atau dengan tanpa anak sama sekali.
Nasihat yang sangat hati –hati dan membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil kepurtusan yang bijak . Bantulah klien untuk memilih metoda yang lain bila perlu .



IX. YANG SEBAIKNYA TIDAK MENJALANI TUBEKTOMI :

1.      Perempuan yang hamil ( sudah terdeteksi atau dicurigai )
2.      Perempuan dengan perdarahan vaginal yang belum terjelaskan ( Hingga harus dievaluasi )
3.      Perempuan dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut ( hingga  masalah itu disembuhkan atau dikontrol )
4.      Perempuan yang tidak boleh menjalani  proses penbedahan.
5.      Perempuan yang  kurang pasti mengenai leinginannya untuk fertilitas di masa depan .
6.      Perempuan yang belum memberikan persetujuan tertulis.    

X. KAPAN DILAKUKAN :
            1. Setiap waktu selama siklus mensruasi apabila diyakini secara rasional                              klien tersebut tidak hamil .
            2. Hari ke- 6 hingga ke- 13  dari siklus mentruasi ( fase proriferasi ).
            3. Paska persalinan  :
Þ    Minilap didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu .
Þ    Laparaskopi : tidak tepat untuk klien – klien paska persalinan.
            4. Paska keguguran :
Ø  Tri bulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik ( minilap atau laparaskopi )
Ø  Triwulan kedua  : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pekvik / minilap saja.

XI. FUNGSI BIDAN  :
            Fungsi bidan terutama  dalam KIE dan KIM :
1.      Bagaimana kontap itu :
-          Sifatnya relatip permanen , artinya untuk melakukan rekanalisasi memerlukan waktu dan biaya.
-          Perlu dilakukan konseling yang mantap , karena metoda ini sifatnya permanen.
-          Dalam jangka panjang relatif murah , aman dan tanpa komplikasi.
            2. Tempat pelayanan kontap :
                  - Rumah sakit dimana terdapat kamar bedah . RS Pemerintah atau Swasta

XII.   DASAR :
Ø  Oklusi tuba falopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu .
       Untuk memperoleh hal tersebut , diperlukan 2 langkah tindakan yaitu :
A. Mencapai tuba falopii.
Dapat dilakukan dengan cara :
1.Abdominal / transabdominal :
a.Laporatomi .
b.Mini – laparatomi = mini – lap :
                              - Sub –umbilikal /infra-umbilikal  : post partum                    
                              - Supra- pubis / mini-plannenstiel ; post abortus , interval.                 2.  vaginal / tranvaginal  :
                       a. Kolpotomi.
                       b. Kuldoskopi.
           3. transcervikal / transuterine ;
                       a. Histeroskopi.
                       b. Tanpa melihat langsung ( blind delivery  )

      B. Oklusi / penutupan tuba falopii.
       Dilakukan berdasarkan  :
a.       Tempat oklusi tuba falopii.
b.      Cara oklusi tuba falopii.
XIII. TEMPAT  OKLUSI  TUBA  FALOPII :
            Oklusi / penutupan tuba falopii dapat dilakukan pada bagian :
2.      Infundibulum ( bagian distal / fimbrae )
3.      Ampulla atau isthmus ( bagian tengah)
4.      Interstitial.

XIV. CARA OKLUSI TUBA FALOPII :
            Oklusi / penutupan tuba falopii dapat dilakukan dengan cara :
1.      Ligasi.
2.      Elektro koagulasi .
3.      Thermo- koagulasi  ( masih jarang / belum dipakai )
4.      Band / ring / cincin.
5.      Clips.
6.      Zat – zat kimia/ plugs.
7.      Fimbrieotexy.
8.      Ovariotexy.
9.      Sinar lazer.

XV. PERSIAPAN PRE- OPERATIF UNTUK KONTAP WANITA :
            Peesiapan pre operatif meliputi :
1.      Informed consent .
2.      Riwayat medis / kesehatan , yang meliputi :
a.       Penyakit – penyakit pelvis.
b.      Adhesi / perlekatan.
c.       Pernah mengfalami operasi abdomial / operasi pelvis.
d.      Riwayat diabetes militus.
e.       Penyakit paru – paru : astma , bhonkhitis , emphysema.
f.       Obesitas.
g.      Pernah mengalami problim dengan anestesi.
h.      Penyakit- penyakit perdarahan .
i.        Alergi .
j.        Medikamentosa pada saat ini.

3.      Pemeriksaan fisik .
 Harus meliputi kondisi – kondisi yang mungkin mempengaruhi keputusan    pelaksanaan operasi atau anestesi , serta pemeriksaan kandungan untuk menemukan  kelainan- kelainan seperti leiomyomata dan lain- lain.

4.      Pemeriksaan laboratorium.
a.       Pemeriksaan darah lengkap.
b.      Pemerisaan urine.
c.       Pap smear.

PENJELASAN MASING – MASING BAGIAN :
  1. KONTAP WANITA PER ABDOMINAL/ TRANSABDOMINAL :
      1. LAPARATOMI :
                  - Laparatomi saja untuk kontap wanita tidak dianjurkan karena diperlukan                            insisi yang panjang dan anestesi umum atau anestesi spinal.
                  - Laparatomi hanya diperlukan bila cara – cara kontap lainnya gagal atau                               timbul komplikasi sehingga memerlukan insisi yang lebih besar . Atau pada                    keadaan  – keadaan lain, jika kontap bukan merupakan operasi utama ,                                        tetapi sebagai pelengkap misalnya . SC, KET, dll.

      2. MINI- LAPARATOMI = MINI LAP.
                  - Dapat dilakukan :
                  a. Sub- umbilikal/ infra- umbilikal :
                        -  pos partum
                      a.1. Keuntungan mini laparatomi post patum :
                              1. Aman.
                              2. Mudah.
`                             3. Wanita yang baru melahirkan umumnya mempunyai motifasi                                     tinggi untuk mencegah mendapatkan lebih banyak anak.
                              4. Hospitalisasi hanya sedikit sekali.
                       a.2. Kerugian mini – laparatomi post partum :
                              1. Resiko komplikasi , kesalahan dan kegalalan tehnis sedikit lebih                                tinggi dan tuba falopi yamh lebih besar.
                              2. Perdarahan yang mungkin terjadi dapat lebih banyak karena aliran                             darah ke pelvis lebih banyak
                              3. Saat melahirkan bakteri dapat masuk k dalam rongga pelvis                                       sehingga resiko infeksi lebih besar.
     
                  b. Supra – pubis / mini – planenstial :
                      - Post abortus
                      - Interval ( bukan pp atau post abortus )
                      Kontra indikasi absolut :
                              1. Infeksi peritoneum.
                              2. kehamilan ( untuk kontap interval )
                      Kontra indikasi relatif :
                              1. Adhesi pelvik karena PID.
                              2. Obesitas.
                              3. Penyakit jantung.
4. Ht.
5. Massa tumor pada pelvis.
6. DM yang tidak terkontrol.
7 Penyakit perdarahan.
8. Keadaan gizi yang buruk.
9 Anemi berat.
10. Hernia umbilikalis.


  1. KONTAP WANITA PER – VAGINAL/ TRANSVAGINAL :
      Kolpoltomi :
      Dikenal :
      1.Kolpostomi posterior = culdotomy :
                  a. Cara ini yang sering dipakai
                  b .Cul-de-sac atau cavum douglasi yang terletak diantara dinding abdoment                             rectum dan dinding belakang uterus dibuka melalui vaguina untu  sampai pada tuba falopii.
      2. Kopostomi anterior :
                  a. Jarang dipakai saat ini        
                  b. Peritoneum di insisi di antara kandung kencing dan uerus dan uterus                                     diputar sehingga tuba terlihat.
Kuldoskopi :
      Pada kuldoskopi rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kandungan yang   dimasukkan melalui fornik posterior kedalam cul –de- sad yaiu suatu kanbtng          peritoneum yang yang terletak diantara dinding depan rectum dan dinding belakang       uterus.

  1. KONTAP WANITA TRASERVIKAL / TRANSUTERINE
-          Merupakan metopda kontap non insisional dimana oklusi tuba dilakukan melalui   servik .
-          Metoda kontap pada umumnya masih dalam tahap eksperimental.
-           Untuk mencapai oatium tuba dapat dilakukan dengan :
1.            Melihat secara langsung.
2.            Tanpa melihat langsung (Blind delivery )
-                Dengan memakai canula , tuba / pipa atau cateter pili yang                           dimasukkan melalui servik uteri ke dalam cavum uteri.

-          Untuk oklusi tuba dilakukan dengan :
1.      Oklusi kimiawi :
   Dengan zat kimia berbentuk cair , pasta yang kemudian akan           menjadi   padat dan membentuk sumbatan didal;am tuba.
2.      Oklusi mekanis :
             Intra tuba devices.

XVI. PENANGANAN ATAS KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI :


NO
KOMPLIKASI
PENANGANAN
1
Infeksi luka
Apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik , lakukan drainage dan obati seperti yang terindikasi .
2
Demam pasca operasi( > 38 c )
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.
3
Luka pada kandung kemih, intestinal ( jarang terjadi )
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat . Apabila kk atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi lakukan reparasi primer . Apabila ditemukan pasca op dirujuk ke RS bila perlu.
4
Hematoma ( subkutan )
Gunakan pacts yang hangat dan lembab ditempat tersebut , Amati hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat pula membutukkan drainage bila ektensif.
5
Emboli gas yang diakibatkan oleh laparaskopi( sangat jarang )
Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif termasuk cairan vena , resusitasi kardiopulmonal dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
6
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan .
7
Pwerdarahan sup[ervisial ( tepi kulit subcutan )
Mengotrol persarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.



XVII. INTRUKSI PADA KLIEN .

  1. Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktifitas normal secara bertahap( 7 hari sth post op.)
  2. Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman . Setelah mulai kembali melakukan hubungan intim , hentikanlah bila mulai merasa kurang nyama
  3. Hindari mengangkat benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu .
  4. Kalu sakit minumlah 1 atau 2 tablet analgesik.
  5. Jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan
  6. Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu atau tanda – tanda dan gejala yang tidak biasa.
                 
DAFTAR  PUSTAKA


  1. Prof .dr . Abdul Bari Saifudin,  Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi , Yayasan BPSP, Jakarta , 2003 .
    2. dr. Hanafi Hartanto . Keluarga berencana  dan kontrasepsi , Pustaka sinar harapan, Jakarta ,2004

  1. Prof  .dr .Hanifa Wiknjosastro. SpOG, Ilmu Bedah Kerbidanan .Yasasan YPSP , jakarta 1989 .
  1. Arif Mansjoer , Kapita selekta Kedokteran . FKUI , 2001.
  1. Prof DR Rustam Mochtar MPH, Sinopsis Obretri jilid 2 . EGC, 1998.
  1. Prof dr, Ida Bagus Gde manuabe , SpOG. Ilmu Kebidanan  Penyakit kandungan
      dan KB Untuk Pendidikan Bidan, EGC, 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar