Kamis, 24 Mei 2012

METODA KONTRASEPSI BARIER PADA WANITA
DENGAN DIAFRAGMA


I. DEFINISI   :

Ø  Diafragma  adalah alat kontrasepsi berbentuk mangkok ,berkubah dengan  pinggir atas yang fleksibel  ( Kb dan kontrasepsi, dr Hanifa Hartanto 2004 ;  68)

Ø  Diafragma terbuat dari sebuah karet karet latek tipis berbentuk setengah bola yang tepinya diperkuat oleh pegas logam lentur yang datar / dengan kumparan
( KB dan Kesehatan Reproduksi ,Anna Glasier , Ailsa Gebbi , hal 141 )

Ø  Diafragma  adalah alat kontrasepsi berbentuk mangkok karet yang fleksibel yang mudah dibengkokkan dan disisipkan di bagian atas vagina , mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi bagian atas , untuk mencegah terjadinya konsepsi , supaya efektif  hendaknya dipakai jell atau krim kontrasepsi untuk membunuh sperma . ( Kapita selekta kedokteran 2001 ; 356)

Ø  Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung , terbuat dari latet / karet yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup servik .( Panduan Praktis Pelayanan KB 2003; mk 20)

Ø  Diafragma vagina berupa kubah plastik atau latek tipis yang diletakka pada sebuah lingkaran tepi yang pipih , menggulung atau melengkung . ( Derek Llewellyn –Jones 2002 ; 227 )

Ø  Diafragma vagina berupa kubah karet sirkuler dengan garis tengah bervariasi yang diperkuat dengan cincin logam melingkar dapat sangat efektif apabila digunakan bersama dengan jely atau krim spermisida.( Obrtetri William 2006 ; 1726 )


 II. CARA KERJA   :
Ø  Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat    reproduksi bagian atas ( uterus dan tuba falopi ) dan sebagai alat tempat spermisida. ( Panduan Praktis Pelayanan KB 2003; mk 20)

Ø  Cara kerja difragma adalah :
a.       Primer              : sebagai wadah untuk menampung /menyimpan spermisid.
b.      Sekunder         : sebagai barier mekanis . ( Kb dan kontrasepsi, dr Hanifa Hartanto 2004 ; 69)       

III. MACAM- MACAM  DIAFRAGMA :YANG DIPAKAI TERGANTUNG PADA:
1.      Ukuran dan / kontur vagina ( tonus otot – otot vagina)
2.      Posisi uterus.
Macamnya       :          
a.       Coil spring diafagma.
a.1.Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas  yang  bundar dan dilapisi dengan karet.
a.2.Diafragma ini terutama untuk wanita dengan :
ü  Otot-otot vagina yang kuat.
ü  Arkus pubis yang dalam dibelakang os pubis.
ü  Tidak ada perubahan posisi uterus
ü  Ukuran dan kontur vagina normal .
b.      Flat-spring diafragma ( mesinga)
b.1.Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih.
b..2.Diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan :
ü  Otot vagina yang kuat.
ü  Ukuran dan kontur vagina normal.
ü  Arkus pubis yang dangkal dibelakang symfisis pubis.
ü  Nulligravida.
ü  Uterus anteflexi.
ü  Servik yang panjang dan mengarah kebelakang.
c.       Arcing – spring diafragma ( Findlay )
   c.1. Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap .
c.2. Diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan :
§ Tonus otot-otot vagina yang jelek.
§ Prolap uteri ringan.
§ Uterus anteflexi atau retroflexi.
§ Servik yang panjang yang mengarah kedepan.

IV. MANFAAT:
a. Kontrasepsi :
Ø  Efektif bila dilakukan dengan benar.
Ø  Tidak menggangu produksi ASI.
Ø  Tidak menggangu kesehatan klien.
Ø  Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
b.Nonkontrasepsi  :
Ø  Salah satu perlindungan terhadap IMS /HIV/AIDS, khususnya bila     digunakan dengan spermisida.
Ø  Bila dilakukan saat haid , menampung darah mentruasi.
Ø  Kemungkinan mempunyai efek perlindungan terhadap timbulnya  displasia cervikal.

V. SELEKSI KLIEN PENGGUNA DIAFRAGMA        :
                             

NO
SESUAI UNTUK PEREMPUAN YANG……………..
TIDAK SESUAI DENGAN PEREMPUAN YANG…………….
1


2.
3

4

5
.
Tidak menyukai metoda kontrasepsi hormonal , seperti perokok ataui usia diatas 35 tahun.
Tidak meyukai penggunaan AKDR
Menyusui dan perlu kontrasepsi.

Memerlukan proteksi terhadap IMS.
Memerlukan metoda sederhana sambil menunggu metoda yang lain.
Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi resiko tinggi.
Terinfeksi saluran uretra.
Tidak stabil secara psikis atau tidak suka m,enyentuh alat kelamin ( vulva dan vagina)
Mempunyai riwayat sindroma syok karena keracunan
Ingin metoda KB yang efektif


VI. CARA PENGGUNAAN  DIAFRAGMA       :
            1. Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
2. Pertama kosongkan kandung kencing dan cuci tangan.
3. Pastikan diafragma tidak berlubang  ( tes dengan mengisi diafragma denmgan air atau melihat menembus cahaya)
4. Oleskan spermisida krim atau jelly pada diafragma .
5. Posisi saat pemasangan diafragma :
Ø    Satu kaki diangkat keatas kursi atau dudukan toilet.
Ø    Sambil berbaring / tidur terlentang dengan kedua lutut ditekuk.
Ø    Jongkok.
Ø    Duduk pada pinggir / tepi kursi.
6. Lebarkan kedua bibir vagina.
7. Masukkan diafragma kedalam vagina jauh kebelakang . dorong bagian depan pinggiran keatas dibalik tulang pubis.
8. Masukkan jari kedalam vagina sampai menyentuh servik , sarungkan karetnya dan pastikan servik terlindungi.
9. Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan sexual .Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan , tambahkan spermisida kedalam vagina . Diafragma berada dalam vagina paling tidak 6 jam setelah hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma dalam vagina lebih dari 24 jam . ( Tidak dianjurkan mencuci vagina setiap waktu . pencucian vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan seksual.
10. Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah.
11. Cuci dengan sabun dan air , keringkan sebelum disimpan kembali ditempatnya.

VII. KEUNTUNGAN DIAFRAGMA :

1.      Sangat efektif ( bila digunakan dengan benar )
2.      Aman
3.      Diawasi sendiri oleh pemakai.
4.      Hanya dipakai bila diperlukan.
5.      Dapat dipakai selama haid ( Tapi ingat sangat tidak dianjurkan )
6.      Tidak mempengaruhi laktasi.  

VIII. KERUGIAN :
            1 Memerlukan motivasi yang tinggi dari pemakai.
            2. Wanita perlu memanipulasi genetalianya sendiri.
3. Untuk pemakaian awal perlu intruksi dan cara pemasangan oleh tenaga klinik  yang terlatih.
4. Menjadi mahal bila sering dipakai , disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya.
5. Insersi relatif sukar.
6. Pada kasus tertentu dapat terasa oleh suami saat sanggama.
7. Pada beberapa wanita mengeluh perihal kebasahan/ becek yang disebabka oleh  spermisidnya.
8. Pada 6 jam pasca hubungan seksual alat harus masih berada di posisinya.



IX. INDIKASI          
1.      Apabila pasangan ingin wanita menggunakan metoda kontrasepsi barier dan mendapati metoda kontrasepsi lain yang tidak memuaskan,
2.      Apabila ada alasan medis sehingga wanita tidak dapat menggunakan KB  hormonal.
3.      Apabila pasangan menginginkan kontrasepsi yang intermiten atau jarang digunakan tetapi handal.

X. KONTRA INDIKASI :
               1. Kelainan anatomis dari vagina , servik dan uterus :
                        a. Prolap uteri
                        b. Cystocele/ retrocele yang besar.
c. Retroversi atau anteflexi yang berlebihan.
d. Septum vagina.
2. Infeksi traktus irinarius yang berulan- ulag.
3. Alergi terhap latek atau spermisida.
4. Riwayat Sindroma Syok Toksik .
5. Nyeri pelvis/ nyeri introitus yang sementara oleh sebab apapun ( PID, Herpes ,baru     mengalami episotomi, introitus yang sangat sempit )
6. Post partum 6-12 minggu .
7.Ketidakm ampuan calon aseptor atau pasangan untuk mempelajari dan melaksanakan tehnik insersi yang benar.

XI. EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI
Ø   Efek samping yang serius umumnya tidak ada , bilamana diagfragma dipakai sebagaiman mestinya.
Ø   Kadang- kadang dapat terjadi :
a.       Reaksi alergi
b.      Iritasi vagina infeksi termasuk infeksi traktus urinarius yang lebih sering diperkirakan disebabkan oleh :
1.      Pinggir alas diafragma menekan uretra dan mengakibatkan iritasi.
2.      Wanita lebih sering memanipulasi daerah pereniumnya sehingga bakteri dapat masuk kedalam vagina dan uretra ( E. coli ).
3.      Tekanan pada uretra mengakibatkan lebih banyak urine tertahan didalam kandung kencing , sehingga mempermudah berkembangbiaknya kuman.
c.       Dispareunia  pada diafragma yang terlalu besar  atau sekret yang sangat berbau karena pemakaian yang terlalu lama.
d.      Yang selalu harus dipikirkan : kemungkinan timbulnya sindrom syok toksik.

XII. EFEKTIFITAS.
Ø  Teoritis   :  2 -3 kegagalan per 100 wanita pertahun.
Ø   Praktek    : 6 -25 per 100 wanita per tahun

        Angka  kegagalan yang lebih tinggi terjadi pada :
a. Aseptor baru.
b.Pasangan yang ingin menjarangkan kehamoilan dibandingkan pasangan yang sama sekali insgin mencegah kehamilan.
c. Usia muda.


Sebab – sebab kegagalan :
a. Ketidaktahuan cara pemasangan yang benar.
b.Ukuran diafragma yangt tidak tepat.
c. Terjadinya perubahan letak diafragma selama senggama.
d.       Adanya cacad / kerusakan pada dinding diafragma.


XIII. PENANGANAN EFEK SAMPING


NO
EFEK SAMPING /MASALAH
PENANGANAN
1.
Infeksi saluran kencing.
Pengobatan dengan antibiotik yang sesuai apabila diafragma menjadi pilihan utama dalam ber KB .Sarankan untuk segera mengosongkan kandung kencing setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan memakai kontrasepsi lain.
2
Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi spermisida
Walaupun jarang terjadi , terasa kurang nyaman dan mungkin berbahaya. Jika ada gejala iritasi vagina , khususnya pasca senggama dan tidak mengidap IMS berikan spermisida yang lain atau bantu untuk memilih metoda yang lain.
4.
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kencing.
Pastikan ketepatan letak diafragma apabila terlalu besar cobalah dengan ukuran yang lebih kecil. Tindak lanjuti untuk menyakinkan masalah telah tertangani.

5.
Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam,
Periksa adanya IMS atau benda asing dalam vaina ( tampon ,dll ) jika tidak ada , sarankan klien untuk melepas diafragma setelah malakukan hubungan sex. Tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas sex terakhir . Setelah diangkat ( diafragma harus dicuci dengan hati – hati menggunakan sabun dan air , jangan menggunakan bedak atau talk / bedak jika akan disimpan). Jika mengidap IMS lakukan pemprosesan alat sesuai dengan apencegahan infeksi.


DAFTAR  PUSTAKA


1.  Prof .dr. Abdul Bari Saifuddin , SPOG ,MPH, Buku Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, Yayasaan BPSP , Jakarta, 2003.

2.   dr.Hanafi Hartanto, KB dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan .Jakarta : 2004

3.   Anna Glasier, Ailsa Gebbie: KB dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta :2003

4.  Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran , Media Aescupius . Fakultas Kedokteran UI : 2001

5.   Prof.dr. Hanifa Winknjosastro, Ilmu Kebidanan Yayasan BPSP , Jakarta , 2005.

6.   F. Gary Cunningham , Obstretri Williams , EGC, Edisi 21 : 2006.

7. Derek Llewellyn – Jones , Dasar – Dasar Obstritri dan Ginekologi . Edisi 6  Hipokrates , 2002 .

8. Prof .dr. Ida Bagus Manuabe , SPOG, Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan , EGC : 1998










Tidak ada komentar:

Posting Komentar